Sabtu, 24 Mei 2014

Adiwiyata untuk Generasi Muda

Adiwiyata....bagi masyarakat awam, barangkali istilah ini belum sepopuler adipura atau kalpataru yang merupakan program  bertema lingkungan dari Kementrian Negera Lingkungan Hidup.
Kata adiwiyata berasal dari dua kata Sansekerta, adi dan wiyata. Adi mempunyai makna besar, agung, baik, ideal, atau sempurna. Sedangkan wiyata mempunyai makna tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, atau etika dalam kehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung secara keseluruhan adiwiyata mempunyai makna tempat yang baik dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Program adiwiyata dirancang untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Program ini dilaksanakan mulai tahun 2006 dan terus berjalan hingga sekarang. Berbagai tingkat, mulai dari SD, SMP/MTs, SMA/MA/SMK dari tahun ke tahun mulai berbenah untuk mengikuti program ini.
Memahami lebih jauh tentang adiwiyata, maka sekolah yang berminat dalam mengikuti program ini tentu saja harus berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Aspek pengembangan sekolah berwawasan lingkungan ditinjau dari kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, kurikulum sekolah yang berwawasan lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana prasarana yang ramah lingkungan. Sekolah adiwiyata mempunyai ciri khas, karena ada fokus khusus pada pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), baik itu secara integrasi (diajarkan melalui mata pelajaran lain) dan atau monolitik (berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal sekolah). Secara terintegrasi, PLH dapat diajarkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada, seperti Biologi, Kimia, Geografi, Agama, Ekonomi, dan lain-lain. Yang berbeda dari Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) secara monolitik adalah adanya kajian tentang potensi dan permasalahan lokal yang ada di daerah setempat, sehingga dengan siswa akan memahami bagaimana kondisi daerah yang ditinggalinya yang pada akhirnya akan muncul rasa peduli dan mencintai lingkungannya. Isu-isu global tentang lingkungan, seperti global warming, perubahan iklim, efek rumah kaca, kerusakan ozon, krisis energi juga menjadi kajian penting dalam PLH di sekolah.
Kedepan, diharapkan Program Adiwiyata diharapkan dapat membangun kesadaran siswa dalam mengelola lingkungan menjadi lebih baik, sehingga generasi yang akan datang dapat terus menikmati pembangunan tanpa merasa terganggu dengan berbagai masalah lingkungan yang semakin parah. Untuk itu, kegiatan praktik pengelolaan lingkungan juga ditanamkan dalam diri siswa melalui pembelajaran PLH antara lain praktik mengelola pertanian organik, membuat lubang biopori, pemilahan sampah, aksi 3R (reuse, reduce, recycle), membuat kompos dan pupuk organik, sampai pada aksi simbolis peduli lingkungan pada masyarakat sekitar. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Kearifan ekologi akan lahir dari proses pembelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif dalam setiap aspek penilaiannya. Generasi hijaupun akan banyak bermunculan dan akan menyelamatkan bumi dari bencana lingkungan akibat intervensi penghuninya yang berlebihan. Bukankah kita hanya hidup di satu bimi? Siapa mau menciptakan generasi hijau dari adiwiyata?


0 komentar:

Posting Komentar

Instagram