Adiwiyata....bagi masyarakat
awam, barangkali istilah ini belum sepopuler adipura atau kalpataru yang
merupakan program bertema lingkungan dari Kementrian Negera Lingkungan
Hidup.
Kata adiwiyata berasal dari dua
kata Sansekerta, adi dan wiyata. Adi mempunyai makna besar, agung, baik, ideal,
atau sempurna. Sedangkan wiyata mempunyai makna tempat dimana seseorang
mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, atau etika dalam kehidupan sosial. Bila
kedua kata tersebut digabung secara keseluruhan adiwiyata mempunyai makna
tempat yang baik dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup dan menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Program adiwiyata dirancang untuk
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Program ini dilaksanakan mulai tahun 2006 dan
terus berjalan hingga sekarang. Berbagai tingkat, mulai dari SD, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK dari tahun ke tahun mulai berbenah untuk mengikuti program ini.
Memahami lebih jauh tentang
adiwiyata, maka sekolah yang berminat dalam mengikuti program ini tentu saja
harus berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Aspek pengembangan sekolah
berwawasan lingkungan ditinjau dari kebijakan sekolah yang berwawasan
lingkungan, kurikulum sekolah yang berwawasan lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana prasarana yang ramah lingkungan.
Sekolah adiwiyata mempunyai ciri khas, karena ada fokus khusus pada
pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), baik itu secara integrasi
(diajarkan melalui mata pelajaran lain) dan atau monolitik (berdiri sendiri
sebagai mata pelajaran muatan lokal sekolah). Secara terintegrasi, PLH dapat
diajarkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada, seperti Biologi, Kimia,
Geografi, Agama, Ekonomi, dan lain-lain. Yang berbeda dari Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) secara monolitik adalah adanya kajian tentang potensi
dan permasalahan lokal yang ada di daerah setempat, sehingga dengan siswa akan
memahami bagaimana kondisi daerah yang ditinggalinya yang pada akhirnya akan
muncul rasa peduli dan mencintai lingkungannya. Isu-isu global tentang
lingkungan, seperti global warming, perubahan iklim, efek rumah kaca, kerusakan
ozon, krisis energi juga menjadi kajian penting dalam PLH di sekolah.
Kedepan, diharapkan Program
Adiwiyata diharapkan dapat membangun kesadaran siswa dalam mengelola lingkungan
menjadi lebih baik, sehingga generasi yang akan datang dapat terus menikmati
pembangunan tanpa merasa terganggu dengan berbagai masalah lingkungan yang
semakin parah. Untuk itu, kegiatan praktik pengelolaan lingkungan juga
ditanamkan dalam diri siswa melalui pembelajaran PLH antara lain praktik
mengelola pertanian organik, membuat lubang biopori, pemilahan sampah, aksi 3R
(reuse, reduce, recycle), membuat kompos dan pupuk organik, sampai pada aksi
simbolis peduli lingkungan pada masyarakat sekitar. Kegiatan ini akan sangat
bermanfaat untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Kearifan ekologi akan
lahir dari proses pembelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif, psikomotorik,
maupun afektif dalam setiap aspek penilaiannya. Generasi hijaupun akan banyak
bermunculan dan akan menyelamatkan bumi dari bencana lingkungan akibat
intervensi penghuninya yang berlebihan. Bukankah kita hanya hidup di satu bimi?
Siapa mau menciptakan generasi hijau dari adiwiyata?
Source : http://sman2temanggung.sch.id/
0 komentar:
Posting Komentar